Tuesday, July 28, 2015

Kebiasaan Lama Yang Memakan Korban Anak-Anak

Kebiasaan Lama Yang Memakan Korban Anak-Anak - Walaupun kini zaman sudah berubah, tapi kebiasaan lama seperti kepercayaan mengenai ritual-ritual kuno masih kerap terjadi. Dalam beberapa kebudayaan, seorang dukun atau paranormal sangat dihormati dan dipercaya karena memiliki kekuatan magis. Salah satunya yang terjadi di desa Kudiya, wilayah barat daya Nepal.


Warga Kudiya geger. Mayat bocah berusia 10 tahun ditemukan di pinggiran desa. Setelah dilakukan penyelidikan, keluaga korban ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan.

Dikutip dari The Himalayan Times Newspaper, Selasa (28/07/2015), bocah tersebut bernama Jivan Kohar. Jivan yang baru naik kelas tiga, tewas setelah keluarganya berkonsultasi dengan dukun desa. Dukun tersebut mengatakan, anak yang mereka cintai dapat 'dibebaskan' dari penyakit yang ia derita bila dilakukan ritual pengorbanan manusia.

Sejauh ini, polisi lokal telah menangkap 11 orang tersangka, termasuk pelaku utama dan dukun. Pada konfrensi pers, lima orang mengaku melakukan pembunuhan tersebut.

Salah satu tersangka, diyakini sebagai ayah dari si anak. Dalam laporan ia mengatakan pada polisi setempat, anaknya menderita masalah kesehatan dan harus ditenangkan dengan ritual pengorbanan. Dengan kata lain, untuk membebaskan sang anak dari penyakitnya, jiwanya harus dibebaskan dengan cara dibunuh.

Jivan dilaporkan hilang sepekan lalu, setelah sang ayah - Kodai Harijan - membujuk sang anak pulang ke rumah dengan biskuit dan uang. Di rumahnya, Kodai dibantu oleh teman-teman dan kerabat yang mengambil bagian dalam ritual mematikan.

Ia mengaku, teman-temannya memegang tangan dan kepala, serta kaki si bocah. "Lalu aku mengambil gadasa, kapak, untuk memotong tenggorokannya."

Sehari setelah pembunuhan, tubuh anak tersebut ditemukan oleh polisi di pinggiran desan dengan kepala hampir putus. Dalam sebuah wawancara dengan CNN, pejabat pemerintah mengatakan akan mengambil tindakan untuk menghapus keyakinan tersebut.

No comments:

Post a Comment